IMPLEMENTASI
MANAJEMEN DALAM PEMBELEJARAN
A.
Konsep Dasar
Manajemen Pembelajaran
Dalam
setiap proses pembelajaran di butuhkan dasar manajemen yang baik agar dapat
melahirkan hasil belajar yang baik pula hal ini
sebagaimana yang dikemukan oleh Hamalik menjelaskan bahwa; pembelajaran
merupakan bentuk dari aktualisasi kurikulum. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
implementasi merupakan suatu penarapan konsep, ide, program, atau tatanan
kurikulum ke dalam praktik pembelajaran”[1].
Manajemen pembelajaran adalah mengacu pada suatu upaya untuk mengatur dan
mengendalikan aktivitas pembelajaran berdasarkan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip pembelajaran untuk mensukseskan tujuan pembelajaran agar
tercapai secara lebih efektif, efesien dan produktif yang diawali dengan
penentuan strategi dan perencanaan, pelaksanaan dan diakhiri dengan penilaian
serta dari penilian tersebut akan dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik bagi
perbaikan dan peningkatan pembelajaran lebih lanjut.
Dengan
demikian implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program
kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan
dalam pelaksanaan dan pengololaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuai
diantara situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan
intelektual, emosional serta fisiknya. Konsep manajemen jika diterjemahkan
dalam kegiatan pembelajaran , maka menurut Syaiful Sagala diartikan sebagai
usaha dan tindakan kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional disekolah dan
usaha maupun tindakan guru sebagai
pemimpin pembelajaran di kelas dilaksanakan sedemikian rupa untuk memperoleh
hasil dalam rangka mencapai tujuan program sekolah dan pembelajaran”[2].
Artinya manajemen pembelajaran di sekolah merupakan pengelolaan pada beberapa
unit pekerja oleh personel yang diberi wewenag untuk itu, yang muaranya pada
suksesnya program pembelajaran.
Tujuan
manjemen pembelajaran adalah untuk menciptakan proses belajar dengan mudah
direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan dan dikendalikan dengan baik.
Dengan proses belajar mengajar yang demikian itu, maka pembelajaran akan
berlangsung dengan efektif dan Efesien. Efektif disini artinya dapat dapat
membelajarkan siswa sehingga dapat membentuk dan meletakkan dasar-dasar kearah
perkembangan sikap, pengetahuan keterampilan dan daya cipta yang diperlukan
anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Guru,
murid dan bahan ajar merupakan unsur yang dominan dalam proses pembelajaran.
Ketiga unsur ini saling beerkaitan, mempengaruhi serta saling tunjang menunjang
antara satu dengan yang lainnya. Jika salah satu unsur tidak ada, maka
unsure-unsur yang lain tidak dapat berhubungan secara wajar dan proses
pembelajaran tidak akan berlangsung dengan baik. Jika proses belajar mengajar
itu di tinjau dari segi kegiatan guru, maka terlihat bahwa guru berfungsi
membuat keputusan yang berhubungan dengan: 1) Perencanaan, 2) Implementasi dan
3) penilaian/evaluasi”[3].
Sebagai
perencanaan, guru hendaknya mendiaknosa kebutuhan para siswa dirumuskan,
sebagai pengimplementasi rencana pengajaran yang telah disusun, guru hendaknya
mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada dan berusaha “memoles” setiap
situasi yang muncul menjadi situasi yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar. Semua itu memerlukan keterampilan profesional yang memadai.
Pada
saat melakukan kegiatan evaluasi guru harus dapat menetapkan prosedur dan
tekhnik evaluasi yang tepat jika kompetensi dasar yang telah ditetapkan pada
kegiatan perencanaan belum tercapai, maka ia harus meninjau kembali rencana
serta implementasi dengan maksud untuk melekukan perbaikan.”[4]
Dengan
demikian, mengacu pada keterangan di atas, maka demi keefektifan manajemen
pembelajaran, kepala sekolah disini sebagai pemimpin pendidikan harus dapat
mencapai dan melaksanakan fungsi dari manajemen yaitu di antaranya perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang tepat diimplementasikan
dengan baik dan benar dalam program pembelajaran atau belajar sehingga
keberhasilan sesuai sebagaimana yang diharapkan dalam kurikulum pembelajaran
itu sendiri.
Dari
uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting yang
dapat dan harus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
sebagai manjemen dasar dalam pembelajran supaya sesuai dengan yang di harapkan.
1.
Pesifikasi
dan kualifikasi peruban tingkah laku yang di inginkan sebagai hasil belajar mengajar yang
dilakukan.
2.
Memilih
cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap apling tepat dan efektif untuk
mencapai sasaran.
3.
Memilih
dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar paling tepat dan
efektif.
4.
Memilih
dan menetapkan norma-norma atau kriteria kurikulum.”[5]
Dalam setiap
kegiatan belajar mengajar tersebut sasaran harus dirumuskan secara jelas dan
konkrit sehingga mudah dipahami oleh peserta didik.; perubahan prilaku dan
kepribadian yang kita inginkan terjadi setelah siswa mengikuti suatu kegiatan
belajar mengajar itu harus jelas, misalnya dari tidak bias membaca berubah
menjadi dapat membaca.” Suatu kegiatan belajar tanpa sasaran yang jelas,
berarti kegiatan tersebut dilakukan tanpa arah atau tujaun pasti, dapat
menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan tidak tercapai hasil yang
diharapkan .
Cara memandang
suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalam
memecahkan suatu kasus atau mempengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang
dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan berbeda, akan menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti baik, benar,
adil, dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda bahkan mungkin
bertentangan kalau dalam cara pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu.
Pengertian-pengertian,konsep, dan teori ekonomi tentang baik, benar, atau adil,
tidak sama dengan baik, benar atau adil menurut pengertian, konsep, dan teori agama mengenai baik, benar,
atau adil itu jelas berbeda dengan konsep ekonomi maupun antropologi. Begitu
juga halnya dengan cara pendekatan terhadap kegiatan belajar mengajar dalam
pembelajaran.
Metode atau teknik
penyajian untuk memotivasi siswa agar mampu menerapkan pengetahuan dan
pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau supaya
murid-murid terdorong dan mampu berfikir bebas dan cukup keberanian untuk
mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami suatu metode mungkin hanya
cocok dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran yang berbeda
hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama.
Dengan penetapan
target yang diterapkan oleh guru sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat
dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang
telah dilakukannya. Suatu program baru bias diketahui keberhasilannya setelah
dilakukan evaluasi. System penilaian dengan kegiatan belajar mengajar merupakan
salah satu strategi yang tidak bias dipisahkan dengan strategi dasar lain. Apa
yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk
kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang siswa dapat dikategorikan
sebagai murid yang berhasil bisa dilihat dari berbagai segi. Bisa dilihat dari
segi kerajinannya mengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari
disekolah, hasil ulangan, hubungan sosial, kepemimpinan, prestasi olah raga,
ketermpilan dan sebagainya atau dilihat dari berbagai aspek. Ke empat dasar
strategi tersebut merupakan satu
kesatuan yang utuh antara dasar yang satu dengan dasar yang lain saling
menopang dan tidak bisa dipisahkan”.[6]
Pada dasarnya
kemampuan manusia itu terbatas, baik secara fisik, pengetahuan, waktu dan perhatian,
sedangkan kebutuhan manusia tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi kebutuhan dan
terbatasnya kemampuan dalam melakukan pekerjaan mendorong manusia membagi
pekerjaan, tugas dan tanggung jawab. Dengan adanya semua itu maka terbentuklah
kerjasama dan keterkaitan formal dalam suatu organisasi. Dalam organisasi ini
maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan baik serta
tujuan yang di inginkan tercapai.
Batasan
manajemen yang telah dideskripsikan dan dijadikan pegangan dalam studi, selanjutnya
adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pemotivasian dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai
tujuan. Berdasarkan defenisi tersebut berarti manajer adalah seorang yang
bertindak sebagai perencana, pengorganisasian, pengarah, pemotivasi serta
pengendali orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan”.[7]
Dari uraian di
atas maka dapat disimpulkan manajemen dalam sebuah kegiatan belajar mengajar
sangat dibutuhkan dalam mencapai sasaran keberhasilan yang diharapkan,hal ini
disebabkan dengan sesuainya suatu manajemen dalam pembelajaran dan penggunaan
manajemen itu sendiri yang dilakukan oleh para guru selaku pendidik.
B.
Prinsip-Prinsip
Manajemen dalam Pembelajaran
Untuk
menjamin keberhasilan sebuah usaha dalam mendidik maka manajemen haruslah
dilaksakan berdasarkan dalil-dalil umum manajemen atau yang lebih dikenal
sebagai prinsip-prinsip manajemen. Pengertian manajemen pembelajaran dapat
diartikan sebagai suatu prosedur (rabgkaian kegiatan) yang dilakukan oleh
seorang pengajar dalam mengelola pembelajarannya, mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan dan diakhirinya dengan adanya evaluasi terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
Prosedur
ini dilakukan berdasarkan pada prinsip-prinsip manajemen dan komponen-komponen
pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik.
Prinsip-prinsip manajemen dan komponen-komponen pembelajaran merupakan acuan
yang dipergunakan pengajar untuk melaksanakan proses pembelajaran disekolah. Secara
lebih rinci dan jelasnya dapat di uraikan sebagai berikut :
1.
Perencanaan
pembelajaran
a.
Perumusan
tujuan pembelaran
Sebagaimana
yang telah dimaklumi bersama bahwa tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara khusus dalam prilaku akhir peserta
didik. Setiap pengajar perlu mengakui dan memehami pentingnya tujuan
pembelajaran. Demikian juga hasil belajar atau upaya mencapai kearah tujuan
pembelajaran bagi peserta didik sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan
pembelajaran yang dirancang oleh pengajar sebelumnya. Keadaan ini dipebgaruhi oleh
kemampuan pengajar sebagai perancang atau perencana pembelajaran. Oemar Hamalik
mengemukakan pandangannya bahwa : “Yang menjadi kunci rangka menentukan tujuan
pembelajaran adalah kebutuhan siswa,mata ajar dan guru itu sendiri. Berdasarkan
kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dan dikembangkan dan
diapresiasi”.[8]
Tujuan-tujuan tersebut jika
dilihat dari kacamata upaya pendidikan, maka tujuan-tujuan tersebut merupakan
penjabaran atau dapat disamakan nilainya dengan tujuan umum nasional. Keadaan
yang penting adalah bagaimana pengajar dapat menentukan agar tujuan-tujuan
tersebut dirumuskan secara jelas dan tegas dalam perilaku peserta didik.
b.
Persiapan
media
Persiapan
media pembelajaran merupakan bagian yang tidak bias dilepaskan dari perencanaan
pembelajaran pembelajaran. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang
dapat dipergunakan dalam mengajar agar proses belajar mengajaar dapat
berlangsung. Manfaat yang dirasakan dengan mempergunakan media pembelajaran
dalam proses belajar mengajar menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rifai adalah :
1.
Pengajaran
akan lebih menarik perhatia siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2.
Bahan
pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para
siswa dan memungkinkan siswa mengusai tujuan pengajaran lebih baiik.
3.
Metode
mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisab tenaga, apalagi bila guru mengajar setiap jam pelajaran.
4.
Siswa
lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendebgarkan uraian
guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan lain-lain”.[9]
Proses pembelajaran mengenal
penggunaan media dikenal banyak jenis dan karakteristiknya, sehingga hal
tersebut perlu menjadi bahan perhatian dan pertimbangan seorang pengajar untuk
melaksanakan proses belajar mengajar selanjutnya. Perencanaan pembelajaran,
khususnya mengenai penggunaan media pembelajaran seorang pengajar perlu
dimiliki kemampuan dalam memilih dan menentukan media pembelajaran yang tepat,
sehingga tujuan yang ingin diperoleh dapat tercapai secara efektif.
c.
Persiapan
diri
Persiapan
diri bagi seseorang pengajar untuk melaksanakan proses pembelajaran merupakan
hal yang penting untik dilakukan. Persiapan diri ini berhubungan dengan
kemampuan menguasai materi pelajaran untuk disampaikan kepada peserta didik,
kondisi kesehatan baik secara psikilogis maupun psikis, penggunaan media dan
sumber pembelajaran, serta ketepatan waktu untuk meleksanakan proses
pembelajaran. Pengajar yang secara mental maupun fisik telah siap melaksakan
tugas akan labih berhasil melaksanakan pembelajaran dibandingkan dengan yang
kurang persiapan.
Persiapan
dapat dilakukan pada malam hari sebelum materi diberikan atau jauh hari
sebelumnya. Upaya untuk itulah yang paling penting bagi seorang pengajar dalam
dalam mempersiapkan diri adalah memiliki mental dan fisik untuk mengajar yang
bener-benar optimal.
d.
Perlengkapan
bahan
Perlengkapan bahan berhubungan dengan persiapan bahan-bahan untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Bahan-bahan tersebut antara lain : buku
sumber yang akan dipergunakan, media pembelajaran yang akan dipakai serta
sarana dan prasarana pembelajaran lainnya yang menunjang terhadap kelancaran
proses pembelajaran. Upaya untuk pengadaan bahan pembelajaran mengajar dapat
mencari dari perpustakaan sekolah, penerbir yang cocok atau dari peserta didik,
sedangkan media pembelajaran sebaiknya dipersiapkan oleh pengajar mengingat
pengajar yang akan menyampaikan materi dimana penggunaan media pembelajaran
harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Masalah terkait bahan materi
yang belum ada, sedangkan sumber pembelajaran sangat terbatas, maka sebelumnya
pengajar memperbanyak materi pembelajaran tersebut dengan memfoto copynya
terlebih dahulu, jangan membiasakan menyuruh peserta didik mencatat, mengingat
disekolah tidak pelajaran mencatat.
Oemar Hamalik mengemukakan bahwa
“bahan bahan belajar merupakan suatu unsur belajar yang penting mendapat
perhatian oleh guru. Dengan bahan itu,para siswa dapat mempelajari hal-hal yang
diperlukan dalam upaya pencapaian tujuan belajar”[10].
Penentuan bahan belajar meski berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, dalam hal
ini hasil-hasil yang diharapkan.
e.
Persiapan
Tugas dan Alat Evaluasi
Setelah
tujuan dibuat, metode ditentukan, diri dipersiapkan dan bahan pembelajaran
dilengkapi, selanjutnya adalah mempersiapkan tugas dan alat evaluasi. Tugas
tersebut dapat bersifat kelompok atau individual. Pemberian tugas hendaknya
dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan kreativitas berfikir peserta didik
sesuai dengan tuntutan materi pambelajaran. Pelaksanaan pembuatan tugas dapat
dilakukan disekolah atau dirumah dengan batas waktu yang telah ditentukan oleh
pengajar.
Alat
evaluasi pula sebagai alat pengukuran keberhasilan pembelajaran peserta didik
terhadap materi yang telah disampaikan, seorang pengajar dapat menentukan
bentuk, jumlah dan waktu evaluasinya. Bentuk evaluasi yang digunakan biasanya
pilihan, esay, menjodohkan, jumlahnya tergantung luas tidaknya cakupan materi
pembelajaran dan kisi-kisi yang telah ditetapkan, sedangkan waktunya ditetapkan
berdasarkan ukuran kemampuan peserta didik untuk mengerjakannya. Oemar Hamalik
mengemukakan bahwa “pinilaian adalah suatu program untuk memberikan pendapat
dan penentuan arti atau faedah suatu pengalaman. Penialaian dalam hal ini
adalah suatu upaya untuk memeriksa sejauh mana siswa telah mengalami kemajuan
belajar atau telah mencapai tujuan belajar dan pembelajaran”[11].
2.
Tahap
Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap
pelaksanaan pembelajaran dikenal pula dengan istilah metodologi pembelajaran
sebagai prosedur yang digunakan pengajar dalam menyampaikan bahan/materi
pembelajaran kepada peserta didik. Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa: Dalam
pelaksanaannya pengajar secara berturut-turut melakukan proses yang disebut
sebagai : pengkondisian awal, penjelasan tujuan dan materi, penciptaan kondisi
belajar, penggunaan metode, dorongan untuk berpendapat, kebebasan berdiskusi,
penggunaan buku dan program, pengecekan pemahaman, penggunaan format dan
alokasi waktu”[12].
Secara lebih rinci dan jelasnya prosestersebut dapat di uraikan sebagai berikut
:
a.
Pengkondisian
Awal
Pengkondisian
awal berhubungan dengan apersepsi atau membangkitkan perhatian atau merangsang
peserta didik untuk belajar. Upaya dengan pengkondisian ini, peserta didik
peserta didik diharapkan terarah dan tertib untuk mengikuti proses
pembelajaran. Tahap awal pembelajaran, misalnya pada kelas baru, biasanya
pengkondisian diawali dengan perkenalan pengajar dengan peserta didik dan
mengecek kehadiran peserta didik. Perkenalan bertujuan untuk lebih mendekatkan
hubungan antara pengajar debgab peserta didik serta menperjelas kedudukan masing-masing
antara fungsi dan peran pengajar serta fungsi dan peran peserta didik.
Absensi
pula penting dilakukan untuk mengetahui jumlah murid yang akan belajar dan
mengetahui murid lain yang belum hadir, sehingga pengajar memiliki pegangan
yang pasti berapa sebenarnya jumlah murid yang harus diajarinya. Oemar Hamalik
mengemukakan bahwa “ Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru
pada awal jam pelajaran, tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan inti
pelajaran yang diberiakn selama pelajaran itu”.[13]
Hal tersebut dapat digunakan dengan mengemukakan tujuan yang akan dicapai,
menarik perhatian siswa, member acuan, dan membuat kaitan antara materi
pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa dengan bahan yang akan dipelajarinya.
Menyiapakan mental siswa agar siap memasuki persoalan yang akan dipelajari atau
dibicarakan. Menimbul minat serta pemusatan perhatian siswa, terhadap apa yang
akan dibicaran dalam kegiatan belajar mengajar.
b.
Penjelasan
Tujuan Materi
Setelah
dilakukan pengkondisian awal, selanjutnya dilakukan penjelasan tujuan dan
materi pelajaran. Penjelasan tujuan disesuaikan deengan Tujuan Intruksional
Umum dan Khusus yang telah ditetapakan, sehingga peserta didik memahami apa
yang diharapkan pengajar setelah proses pembelajaran selesai. Penjelasan materi
seorang pengajar pula dapat menyampaikannya dalam berbagai bentuk. Metode
ceramah merupakan metode yang umum digunakan mengingat metode ini pada saat
sekarang mudah untuk dilakukan dan masih dirasakan sangat efektif. Penjelasan
materi biasanya dilakukan melalui
penjelasan konsep yang abstrak sampai dengan konkrit, mulai dari hal yang umum
ke yang khusus atau sebaliknya sesuai dengan kemampuan pengajar.
Materi
pembelajaran ketika disampaikan biasanya peserta didik mendengarkan, menyimak
dan mencatat materi yang dianggap perlu. Namun terkadang yang lebih umum pada
pengajar menerangkan peserta didik diharuskan menyimak sepenuhnya. Nanang Fatah
mengemukakan bahwa: “ Tujuan merupakan dasar umtuk mengukur hasil pembelajaran,
dan juga menjadi landasan untuk menentukan isi pelajaran dan metode mengajar”.[14]
Berdasarkan
isi dan metode ini selanjutnya ditentukan kondisi-kondisi kegiatan pembelajaran
yang terkait dengan tujuan tingkah laku tersebut, yang disebut sebagai kondisi
internal. Tujuan merupakan tolak ukur terhadap keberhasilan pembelajaran. Perlu
disusun suatu deskripsi tentang cara mengukur tingkah laku. Deskripsi itu
disusun dalam bentuk deskripsi pengukuran tingkah laku yang dapat diukur, atau
tingkah laku yang tidak dapat diamati secara langsung.
c.
Penciptaan
Kondisi Belajar
Penciptaan
kondisi belajar dapat dilakukan pengajar pada saat berlansungnya penjelasan
materi pembelajaran, misalnya menegur peserta didik yang kuran menyimak,
memberikan sangsi peserta didik yang selalu ribut, mengarahkan peserta didik
untuk menertibkan diri atau menertibkan hal-hal lain yang sekiranya menganggu
terhadap penciptaan iklim pembelajaran yang kondusif. Penciptaan kondisi
belajar tersebut, maka jelas tujuan pembelajaran dan kelancaran pembelajaran
akan tercapai secara efektif. Wina Sanjaya mengemukakan bahwa : “Suasana
belajar penting artinya bagi kegiatan belajar. Suasana yang menyenangkan dapat
menumbuhkan kegiatan dan keberhasilan belajar”.[15]
d.
Penggunaan
Metode
Oemar
Hamalik mengemukakan bahwa : “metode adalah cara yang digunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai kurikulum”. Penggunaan
metode pembelajaran penting dilakukan oleh pengajar untuk memudahkan
penyampaian materi pembelajaran”.[16]
Seorang pengajar dalam menyampaikan satu
materi pembelajaran dapat menggunakab satu atau beberapa metode yang sesuai
dengan materi pembelajaran dan kemampuannya. Oleh karena itu pemahaman dan
pengusaan terhadap metode pembelajaran merupakan keharusan bagi pengajar agar
lebih berhasil menyampaikan materinya. Metode pembelajaran yang dapat dipergunakan
pengajar, misalnya metode ceramah, diskusi, partisipatif, belajar tuntas, CBSA
atau inquiry learning.
e.
Dorongan
untuk Berpendapat
Setelah
materi pembelajaran disampaikan oleh pengajar, selanjutnya pengajar memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk berpendapat terhadap materi yang telah
disampaikan atau setidak-tidaknya mengajukan pertanyaan apabila terdapat materi
pelajaran yang kurang dipahami. Pengajar dalam kegiatan ini perlu mendorong
atau memotivasi peserta didik minimal dengan memberi pujian bagi peserta didik
yang berpendapat atau mengajukan pertanyaan. Keadaan ini penting untuk
mengetahui tingkat kreativitas berfikir peserta didik terhadap materi yang baru
saja disampaikan, apabial peserta didik kelihatan vacuum keadaan ini menunjukan
dua kemungkinan, yaitu peserta didik benar-benar telah paham atau sebaliknya
sama sekali tidak mengerti. Pengajar oleh karena itu perlu melakukan ketegasan
apakah peserta didik benar-benar paham atau pura-pura paham dikarenakan takut.
f.
Kebebasan
Berdiskusi
Pengajar
perlu memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mendiskusikan
permasalahan yang diajukan setelah materi disampaikan. Namun demikian
kebebasan tersebut jangan diartikan
peserta didik bebas untuk ribut atau keluar masuk kelas seenaknya. Kebebasan
disini adalah kebebasan bertanggung jawab, artinya pengajar memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk berfikir memecahkan permasalahan sesuai
dengan kemampuannya dengan penerapan konsep bahwa pendapat apapun yang diajukan
peserat didik adalah benar, mengingat dalam konsep pembelajaran bahwa pendapat
diakui sebagai suatu hal yang benar ( tidak ada yang salah).
g.
Penggunaan
Buku dan Program
Penggunaan
buku dan program dilakukan sebagai sumber atau alat bantu terhadap kelancaran
proses pembelajaran. Penggunaan dapat dilakukan hanya satu jenis saja bahkan
beberapa buku. Biasanya buku yang digunakan hanya satu buku saja. Keadaan ini
dilakukan sesuai dengan kemampuan peareta didik semata-mata, sehingga konsep
berfikirnya menjadi lebih fokus.
h.
Pengecekan
Pemahaman
Pengecekan
pemahaman dapat dilakukan oleh pengajar melalui proses Tanya jawab. Pengajar
dalam hak ini bertanya terhadap materi yang telah disampaikan dengan catatan
peaerta didik tidak melihat buku teks. Pengecekan pemahaman ini sebagai tahap
awal bagi pengajar untuk mengukur sejauh mana tingkat pemahaman peserta didik
terhadap materi yang telah disampaikan secara sebagian sebelum dilakukan proses
evaluasi lebih lanjut.
i.
Penggunaan
Format Kesulitan Belajar
Penggunaan
format ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesulitan belajar peserta didik
pada saat member pelajaran disampaikan. Penggunaan format ini juga bertujuan
untuk mengukur tingkat keberhasilan pengajar dalam melaksanakan tugas mengajar,
sehingga dapat dijadikan umpan balik untuk perbaikan nanti. Namun demikian
dalam proses pembelajaran yang umum ditingkat sekolah dasar penggunaan formal
kesulitan belajar jarang diprgunakan, mengiangat domunasi pengajar terhadap
proses pembelajaran masih kuat.
3.
Tahap
Evaluasi Pembelajaran
Proses
belajar mengajar memiliki unsure yang saling berhubungan, yaitu tujuan
pengajaran (instrusional), pengalaman (proses) belajar mengajar dan hasil belajar.
Penilaian hasil dan proses belajar mengajar dilakukan untuk melihat sejauh mana
tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh pesrta didik
dalam bentuk hasil-hasil belajar yang diperlihatkan setelah mereka menempuh
pengalaman belajar (proses belajar mengajar). Penilaian dari segi bahasa dapat
diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Penilaian merupakan
proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan
criteria tertentu.
Penilaian
berfungsi sebagai alat untuk mengetahui ketercapain tujuan intruksional, upaya
perbaikan dalam proses belajar mengajar, dasar dalam penyusunan laporan
kemajuan belajar. Evaluasi bukan hanya sekedar alat untuk menentukan angka atau
nilai bagi peserta didik, tetapi juga sebagai barometer untuk mengukur
keberhasilan bagi pengajar itu sendiri dalam penyajikan bahan pembelajarannya.
Upaya dalam membuat kesimpulan dapat dilakukan oleh pengajar atau dengan cara
mengaktifkan peserta didik untuk menyimpulkan materi pembelajaran secara keseluruhan. Menerima onput dari luar untuk
kualitas PBM dapat dilakukan melalui keterbukaan langsung pengajar untuk
menerima saran dan kritik dari luar (kepala sekolah atua pengajar) lain yang
berfungsi sebagai observer dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Input
tersebut berfungsi sebagai masukan atau saran yang sangat kontriktif bagi
peningkatan kualitas PBM pada masa yang akan datang.
Selain
dari itu pemenfaatan fasilitas lingkungan berhubungan dengan tingkat
kreativitas pengajar untuk membawa peserta didik belajar tidak hanya di dalam
kelas, tetapi juga diluar kelas dengan lingkungan belajar yang ada
disekitarnya. Sukardi menguraikan pandangannya tentang fungsi evaluasi
pembelajaran yaitu :
1.
Sebagai
alat guna mengetahui apakah pesrta didik telah menguasai pengetahuan,
nialai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru.
2.
Untuk
mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan
belajar.
3.
Mengetahui
tingkat ketercapain siswa dalam kegiatan beelajar.
4.
Sebagai
sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa.
5.
Sebagai
alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.
6.
Sebagai
materi utama laporan hasil belajar kepada para orabg tua siswa”.[17]
Beberapa
bagian terpenting dari manajemen pembelajaran tersebut antara lain:
1)Penciptaan lingkungan belajar; 2) mengajar dan
melatih harapan kepada siswa; 3) meningkatkan aktifitas siswa; 4) meningkatkan
disiplin siswa. Selain itu dalam dalam penyusunan materi diperlukan pula
rancangan tugas ajar dalam wilayah kognitif, serta rancangan tugas ajar dalam
wilayah efektif”.[18]
Prinsip-prinsip
manajemen merupakan petunjuk-petunjuk untuk tindakan manajerial atau kebenaran-kebenaran
umum yang membantu pihak manajer memutuskan apa yang harus dilakukannya dalam
situasi tertentu. Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti
bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusu dan
situasi-situasi yang berubah.
C.
Aspek-aspek
Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran
Sesuai
perkembangan kebutuhan manusia, pemahaman temtang manajemen juga mengalami
perkembangan secara luas. Manajemen di artikan mengelola orang-orang, mengambil
keputusan dan mengornisasi sumber-sumber untuk menyelesaikan tujuan yang telah
ditentukan. Pengertian yang lain ialah menekankan pengaturan orang-orang yang
tugasnya mengarahkan usaha kea rah tujuan-tujuan melalui aktivitas orang lain
atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain. sesutau aktivitas
mengerakkan orang lain, suatu kegiatan pemimpin atas dasar sesuatu yang telah
diputuskan terlebih dahulu”.[19]
Aspek-aspek
pelaksanaan manajemen dalam pembelajaran hendaknya pengajar memperhatikan
sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan media tersebut dapat mencapai hasil
yang baik. Prinsip-prinsip itu adalah :
1.
Menentukan
jenis media dengan tepat; artinya, sebaiknya pengajar memilih terlebih dulu
media manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan
diajarkan.
2.
Menetapkan
atau memperhitungkan subjek dengan tepat, artinya perlu diperhitungkan apakah
penggunaaan media itu sesuai dengan tingkat kematangan/kemampuan anak didik.
3.
Menyajikan
media dengan tepat; artinya, teknik dan metode penggunaan media dalam
pengajaran harus disesuaikan dengan tujuan, bahan metode, waktu, dan sarana
yang ada.
4.
menempatkan
atau memperlihatkan nedia pada waktu, tempat dan sutuasi yang tepat. Artinya,
kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar media digunakan. Tentu tidak
setiap saat selama proses belajar mengajar terus-terusan menjelaskan sesuai
dengan media pengajaran”.[20]
Keempat
prinsip ini hendaknya diperhatikan oleh pengajar pada waktu ia menggunakn media
pengajaran. Penyelenggara proses belajar mengajar memerlukan kehadiran media
dan keberadaannya mempunyai arti yang cukup peenting. ketidakjelasan bahan yang
jelas dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan
bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan
bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kuran mampu pengajar ucapakan,
baik melalui kata-kata atau kalimat tertentu, bahkan keabstrakan bahan dapat
dikonkretkan denag kehadiran media. Anak didik lebih mudah mencerna bahan yang
dipelajarinya, dari pada bantuan media. Peranan media tidak akan terlihat, jika
penggunaannya tidak sejalan dengan isi dan tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Pengalaman
itu sendiri dapat berupa pengalaman langsung maupaun pengalaman tidak langsung.
Proses
pembelajaran dalam penyelenggaraannya tidak sesuai pengalaman bias kita
hadirkan pada peserta didik dalam kelas, untuk maksud itulah kehadiran media
akan sangat membantu kita agar dapat membantu peserta didik agar memberikan
berbagai pengalaman, sekalipun dalam bentuk pengalaman tidak langsung.
Pentingnya manajemen dalam sebuah pembelajaran. Kita harus mengetahui dulu
konsep abstrak dan konkrit dalam pembelajaran, karena proses balajar mengajar
pada hakekatnya adalah proses komunikasi,penyampaian dari pengantar ke
penerima.
Manajemen
pembelajaran merupakan system bagi pengajar untuk mengajar. Dengan menggunakan
media, seorang pengajar akan lebih mudah menyampaikan materi yang akan
diajarkan kepada peserta didik. Nilai atau manfaat media pendidikan Nana
Sudjana (2001 : 35) adalah sebagai berikut :
a.
Meletakkan
dasar-dasar kongkrit untuk berfikir dan oleh karena itu mengurangi
“verbalisme”.
b.
Memperbesar
perhatian kepada peserta didik.
c.
Meletakkan
dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar dan oleh karena itu membuat
pelajaran yang lebih mantap.
d.
memberika
pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan
peserta didik.
e.
Menumbuhkan
pemikiran yang teratur dan kontinyu. Hal ini terutama terdapat dalam gambar
hidup.
f.
Membantu
tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu perkembangan kemampuan
berbahasa.
g.
Memberikan
pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu
berkembangnya efesiensi yang mendalam”.[21]
Selanjutnya
pelaksanaan manajemen pengajaran diantaranya adalah pengajar mempunyai lebih
banyak waktu untuk membantu peserta didik yang lemah. Sementara peserta didik
sibuk belajar sendiri, pengajar dapat memberikan bantuan kepada peserta didik
yang membutuhkannya; peserta didik akan belajar secara aktif dan peserta didik
dapat belajar dengan gaya dan kecepatan masing-masing. Kegunaan dan manfaat
media dalam proses pembelajaran sangat menguntungkan bagi pengajar dan
peserta didik. Adanya kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh setiap media
pembelajaran diharapkan dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, perbedaan
gaya hidup belajar dan karakteristik penerima pesan (pesrta didik).
D.
Beberapa
Strategi Pembelajaran
Secara
harfiah, kata strategi dapat diartikan sebagai seni (art) melaksakan stratagem
nyakni siasat/rencana, menurut Roberl, istilah strategi sering digunakan dalam
konteks pengajaran sehingga strategi pengajaran diartikan taktik yang digunakan
guru dalam proses pembelajaran agar dapat mempengaruhi siswa untuk mencapai
tujuan pengajaran secara lebih efektif dan efesien”.[22]
Istilah
strategi menurut istilah berasal dari bahasa Yunani stratogos yang berarti keseluruhan usaha termasuk perencanaan, cara
dan taktik yang digunakan untuk mencapai hasil yang maksimal. Jadi secara umum
strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak
dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Strategi bias diartikan
sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan
pembelajaran untuk mencaoai tujuan yang telah digariskan”.[23]
Strategi
merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai
tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities
designed to achieves a particular educational
goal (J. R. David)”.[24]
Strategi pembelajarn dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang di desaian untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam
hal ini adalah tujuan pembelajaran. Menurut Kemp, Strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien. Dilain pihak Dick dan
Carey menyatakan bahwa stategi pembelajaran adalah suatu set materi dan
prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan
hasil belajar pada siswa”.[25]
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh seorang
instruktur, guru, widyaswara dalam proses pembelajaran. Ada empat strategi
dasar dalam pembelajaran yang meliputi hal-hal berikut:
a.
mengindefikasi
serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan
kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
b.
Memilah
system pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup.
c.
Memilaih
dan menetapkan prosedur, metode dan teknik pembelajran yang dianggap paling
tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan
kegiatan pembelajarannya.
d.
Menetapkan
norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau criteria serta standart
keberhasilan sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam melakukan
evaluasi hasil kegiatan pembelajaran yang selanjutnya akan dijadikan umpan
balik buat penyempurnaan system instuksional yang bersangkutan secara
keseluruhan.
Jadi
kesimpulannya, seorang guru sebelum mengajar harus menyiapkan strategi terlebih
dahulu agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar, dengan melihat situasi
dan kondisi yang ada agar dalam proses pembelajaran tersebut tidak terdapat
hambatan serta gangguan.
Konsep dasar
strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal: (1) menetapkan spesifikasi dan
kualifikasi perubahan prilaku pebelajar, (2) menentukan pilahan berkenaan
dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur, metode
dan teknik belajar mengajar; dan (3) norma dan criteria keberhasilan kegiatan
belajar mengajar”.[26]
Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi untuk menggunakan strategi siswa
agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk memecahkan masalah,
berbeda dengan cara atau supaya atau supaya murid-murid terdorong dan mampu
berfikir bebas dan cukup keberanaian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri.
Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok di pakai untuk mencapai
tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran yang berbeda hendaknya jangan menggunakan
teknik penyajian yang sama. Keempat menetapkan norma-norma atau criteria
keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk
menilai sampai sejauhh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya.
Suatu program baru bias dikrtahui
keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan
belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bias dipisahkan
dengan strategi dasar lain. Apa yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu
harus dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang siswa
dapat dikategorikan sebagai murid yang berhasil bias dilihat dari berbagai
segi. Bisa dilihat darisegi kerajinannya mengikuti tatap muka dengan guru,
perilaku sehari-hari disekolah, hasil ulangan, hubungan social, kepemimpinan,
prestasi olah raga, keterampilan dan sebagainya atau dilihat dari berbagai
aspek. Keempat dasar strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh antara
dasar yang satu dengan dasar yang lain saling menopang dan tidak bias
dipisahkan.
[2]
Sagala Syaiful, 2009, Konsep dan Makna
Pembelajaraan Untuk membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, ALFABETA, Bandung, 2009, hal 61
[3]
Abdul Majid, 2005, Perencanaan
Pembelajran Mengembangkan Standar Kompetensi guru, Bandung: remaja
Rosdakarya, hal
[4] Ibid…hal. 107
[5] Ibid…hal. 107
[6]
Syaful Sagala, Konsep dan Makna
Pembelajaran….Op Cit 76
[7]
Siswanto, Pengantar Manajemen, Jakarta,
Buni Aksara, 2006, hal. 13
[8]
Oemar Hamalik, Perencanaan Dalam
Manajemen Pembelajaran, Bandung, Remaja Rosdakarya 2008, hal. 1
[9]
Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (1990 : 2)
[10]
Oemar Hamalik, Perencanaan dalam……hal
51
[11] Ibid…”hal. 157
[12]
Suharsini Arikunto, 1990, hal. 6
[13]
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan
Kurikulum, Bandung: Remaja Rodaskarya, 2007, hal. 15
[14]
Fatah, Nanang, Landasan Manajemen
Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, hal. 19
[15]
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta : KENCANA. 2006, hal. 19
[16]
Hamalik Oemar, Manajemen Pengembangan
Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, hal. 17
[17]
Sukardi, Strategi dalam Pengajaran,
Jakrta: PT. Bumi Aksara. 2009, hal. 1
[18] Ibid…. hal. 54-55
[19]
Pidarta, Made, Prof. Dr. 2004. Manajemen
Pendidikan Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta. 2004, hal. 74
[20]
Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen
Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, hal 103
[21]
Nana Sudjana, Manajemen dalam
Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 31
[22]
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, hal. 213
[23]
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta,
1999, hal. 33
[24]
Dikutip dari Buku Dr, Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2007,hal. 93
[25] Ibid…hal. 93
[26] Majid,
Abdul, Perencanaan Pembelajaran
Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rodaskarya, 2005,
hal. 247
Tidak ada komentar:
Posting Komentar