Minggu, 10 September 2017

IMPLEMENTASI MANAJEMEN DALAM PEMBELEJARAN

IMPLEMENTASI MANAJEMEN DALAM PEMBELEJARAN

A.    Konsep Dasar Manajemen Pembelajaran
Dalam setiap proses pembelajaran di butuhkan dasar manajemen yang baik agar dapat melahirkan hasil belajar yang baik pula hal ini  sebagaimana yang dikemukan oleh Hamalik menjelaskan bahwa; pembelajaran merupakan bentuk dari aktualisasi kurikulum. Lebih lanjut dijelaskan bahwa implementasi merupakan suatu penarapan konsep, ide, program, atau tatanan kurikulum ke dalam praktik pembelajaran”[1]. Manajemen pembelajaran adalah mengacu pada suatu upaya untuk mengatur dan mengendalikan aktivitas pembelajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pembelajaran untuk mensukseskan tujuan pembelajaran agar tercapai secara lebih efektif, efesien dan produktif yang diawali dengan penentuan strategi dan perencanaan, pelaksanaan dan diakhiri dengan penilaian serta dari penilian tersebut akan dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik bagi perbaikan dan peningkatan pembelajaran lebih lanjut.
Dengan demikian implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dalam pelaksanaan dan pengololaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuai diantara situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional serta fisiknya. Konsep manajemen jika diterjemahkan dalam kegiatan pembelajaran , maka menurut Syaiful Sagala diartikan sebagai usaha dan tindakan kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional disekolah dan usaha  maupun tindakan guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas dilaksanakan sedemikian rupa untuk memperoleh hasil dalam rangka mencapai tujuan program sekolah dan pembelajaran”[2]. Artinya manajemen pembelajaran di sekolah merupakan pengelolaan pada beberapa unit pekerja oleh personel yang diberi wewenag untuk itu, yang muaranya pada suksesnya program pembelajaran.
Tujuan manjemen pembelajaran adalah untuk menciptakan proses belajar dengan mudah direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan dan dikendalikan dengan baik. Dengan proses belajar mengajar yang demikian itu, maka pembelajaran akan berlangsung dengan efektif dan Efesien. Efektif disini artinya dapat dapat membelajarkan siswa sehingga dapat membentuk dan meletakkan dasar-dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Guru, murid dan bahan ajar merupakan unsur yang dominan dalam proses pembelajaran. Ketiga unsur ini saling beerkaitan, mempengaruhi serta saling tunjang menunjang antara satu dengan yang lainnya. Jika salah satu unsur tidak ada, maka unsure-unsur yang lain tidak dapat berhubungan secara wajar dan proses pembelajaran tidak akan berlangsung dengan baik. Jika proses belajar mengajar itu di tinjau dari segi kegiatan guru, maka terlihat bahwa guru berfungsi membuat keputusan yang berhubungan dengan: 1) Perencanaan, 2) Implementasi dan 3) penilaian/evaluasi”[3].
Sebagai perencanaan, guru hendaknya mendiaknosa kebutuhan para siswa dirumuskan, sebagai pengimplementasi rencana pengajaran yang telah disusun, guru hendaknya mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada dan berusaha “memoles” setiap situasi yang muncul menjadi situasi yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Semua itu memerlukan keterampilan profesional yang memadai.
Pada saat melakukan kegiatan evaluasi guru harus dapat menetapkan prosedur dan tekhnik evaluasi yang tepat jika kompetensi dasar yang telah ditetapkan pada kegiatan perencanaan belum tercapai, maka ia harus meninjau kembali rencana serta implementasi dengan maksud untuk melekukan perbaikan.”[4]
Dengan demikian, mengacu pada keterangan di atas, maka demi keefektifan manajemen pembelajaran, kepala sekolah disini sebagai pemimpin pendidikan harus dapat mencapai dan melaksanakan fungsi dari manajemen yaitu di antaranya perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang tepat diimplementasikan dengan baik dan benar dalam program pembelajaran atau belajar sehingga keberhasilan sesuai sebagaimana yang diharapkan dalam kurikulum pembelajaran itu sendiri.
Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sebagai manjemen dasar dalam pembelajran supaya sesuai dengan yang di harapkan.
1.      Pesifikasi dan kualifikasi peruban tingkah laku yang di inginkan         sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan.
2.      Memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap apling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran.
3.      Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar paling tepat dan efektif.
4.      Memilih dan menetapkan norma-norma atau kriteria kurikulum.”[5]
Dalam setiap kegiatan belajar mengajar tersebut sasaran harus dirumuskan secara jelas dan konkrit sehingga mudah dipahami oleh peserta didik.; perubahan prilaku dan kepribadian yang kita inginkan terjadi setelah siswa mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar itu harus jelas, misalnya dari tidak bias membaca berubah menjadi dapat membaca.” Suatu kegiatan belajar tanpa sasaran yang jelas, berarti kegiatan tersebut dilakukan tanpa arah atau tujaun pasti, dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan tidak tercapai hasil yang diharapkan .
Cara memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalam memecahkan suatu kasus atau mempengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan berbeda, akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti baik, benar, adil, dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda bahkan mungkin bertentangan kalau dalam cara pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu. Pengertian-pengertian,konsep, dan teori ekonomi tentang baik, benar, atau adil, tidak sama dengan baik, benar atau adil menurut pengertian,  konsep, dan teori agama mengenai baik, benar, atau adil itu jelas berbeda dengan konsep ekonomi maupun antropologi. Begitu juga halnya dengan cara pendekatan terhadap kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran.
Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi siswa agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau supaya murid-murid terdorong dan mampu berfikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran yang berbeda hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama.
Dengan penetapan target yang diterapkan oleh guru sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bias diketahui keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. System penilaian dengan kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bias dipisahkan dengan strategi dasar lain. Apa yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang siswa dapat dikategorikan sebagai murid yang berhasil bisa dilihat dari berbagai segi. Bisa dilihat dari segi kerajinannya mengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari disekolah, hasil ulangan, hubungan sosial, kepemimpinan, prestasi olah raga, ketermpilan dan sebagainya atau dilihat dari berbagai aspek. Ke empat dasar strategi tersebut merupakan  satu kesatuan yang utuh antara dasar yang satu dengan dasar yang lain saling menopang dan tidak bisa dipisahkan”.[6]
Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas, baik secara fisik, pengetahuan, waktu dan perhatian, sedangkan kebutuhan manusia tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan dalam melakukan pekerjaan mendorong manusia membagi pekerjaan, tugas dan tanggung jawab. Dengan adanya semua itu maka terbentuklah kerjasama dan keterkaitan formal dalam suatu organisasi. Dalam organisasi ini maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan baik serta tujuan yang di inginkan tercapai.
Batasan manajemen yang telah dideskripsikan dan dijadikan pegangan dalam studi, selanjutnya adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan. Berdasarkan defenisi tersebut berarti manajer adalah seorang yang bertindak sebagai perencana, pengorganisasian, pengarah, pemotivasi serta pengendali orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan”.[7]
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan manajemen dalam sebuah kegiatan belajar mengajar sangat dibutuhkan dalam mencapai sasaran keberhasilan yang diharapkan,hal ini disebabkan dengan sesuainya suatu manajemen dalam pembelajaran dan penggunaan manajemen itu sendiri yang dilakukan oleh para guru selaku pendidik.

B.     Prinsip-Prinsip Manajemen dalam Pembelajaran
Untuk menjamin keberhasilan sebuah usaha dalam mendidik maka manajemen haruslah dilaksakan berdasarkan dalil-dalil umum manajemen atau yang lebih dikenal sebagai prinsip-prinsip manajemen. Pengertian manajemen pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu prosedur (rabgkaian kegiatan) yang dilakukan oleh seorang pengajar dalam mengelola pembelajarannya, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan diakhirinya dengan adanya evaluasi terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Prosedur ini dilakukan berdasarkan pada prinsip-prinsip manajemen dan komponen-komponen pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Prinsip-prinsip manajemen dan komponen-komponen pembelajaran merupakan acuan yang dipergunakan pengajar untuk melaksanakan proses pembelajaran disekolah. Secara lebih rinci dan jelasnya dapat di uraikan sebagai berikut :
1.      Perencanaan pembelajaran
a.       Perumusan tujuan pembelaran
Sebagaimana yang telah dimaklumi bersama bahwa tujuan pembelajaran harus dirumuskan  secara khusus dalam prilaku akhir peserta didik. Setiap pengajar perlu mengakui dan memehami pentingnya tujuan pembelajaran. Demikian juga hasil belajar atau upaya mencapai kearah tujuan pembelajaran bagi peserta didik sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan pembelajaran yang dirancang oleh pengajar sebelumnya. Keadaan ini dipebgaruhi oleh kemampuan pengajar sebagai perancang atau perencana pembelajaran. Oemar Hamalik mengemukakan pandangannya bahwa : “Yang menjadi kunci rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa,mata ajar dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dan dikembangkan dan diapresiasi”.[8]
Tujuan-tujuan tersebut jika dilihat dari kacamata upaya pendidikan, maka tujuan-tujuan tersebut merupakan penjabaran atau dapat disamakan nilainya dengan tujuan umum nasional. Keadaan yang penting adalah bagaimana pengajar dapat menentukan agar tujuan-tujuan tersebut dirumuskan secara jelas dan tegas dalam perilaku peserta didik.
b.      Persiapan media
Persiapan media pembelajaran merupakan bagian yang tidak bias dilepaskan dari perencanaan pembelajaran pembelajaran. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan dalam mengajar agar proses belajar mengajaar dapat berlangsung. Manfaat yang dirasakan dengan mempergunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rifai adalah :
1.      Pengajaran akan lebih menarik perhatia siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2.      Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa mengusai tujuan pengajaran lebih baiik.
3.      Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisab tenaga, apalagi bila guru mengajar setiap jam pelajaran.
4.      Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendebgarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain”.[9]
Proses pembelajaran mengenal penggunaan media dikenal banyak jenis dan karakteristiknya, sehingga hal tersebut perlu menjadi bahan perhatian dan pertimbangan seorang pengajar untuk melaksanakan proses belajar mengajar selanjutnya. Perencanaan pembelajaran, khususnya mengenai penggunaan media pembelajaran seorang pengajar perlu dimiliki kemampuan dalam memilih dan menentukan media pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan yang ingin diperoleh dapat tercapai secara efektif.
c.       Persiapan diri
Persiapan diri bagi seseorang pengajar untuk melaksanakan proses pembelajaran merupakan hal yang penting untik dilakukan. Persiapan diri ini berhubungan dengan kemampuan menguasai materi pelajaran untuk disampaikan kepada peserta didik, kondisi kesehatan baik secara psikilogis maupun psikis, penggunaan media dan sumber pembelajaran, serta ketepatan waktu untuk meleksanakan proses pembelajaran. Pengajar yang secara mental maupun fisik telah siap melaksakan tugas akan labih berhasil melaksanakan pembelajaran dibandingkan dengan yang kurang persiapan.
Persiapan dapat dilakukan pada malam hari sebelum materi diberikan atau jauh hari sebelumnya. Upaya untuk itulah yang paling penting bagi seorang pengajar dalam dalam mempersiapkan diri adalah memiliki mental dan fisik untuk mengajar yang bener-benar optimal.
d.      Perlengkapan bahan
Perlengkapan bahan  berhubungan dengan persiapan bahan-bahan untuk melaksanakan proses pembelajaran. Bahan-bahan tersebut antara lain : buku sumber yang akan dipergunakan, media pembelajaran yang akan dipakai serta sarana dan prasarana pembelajaran lainnya yang menunjang terhadap kelancaran proses pembelajaran. Upaya untuk pengadaan bahan pembelajaran mengajar dapat mencari dari perpustakaan sekolah, penerbir yang cocok atau dari peserta didik, sedangkan media pembelajaran sebaiknya dipersiapkan oleh pengajar mengingat pengajar yang akan menyampaikan materi dimana penggunaan media pembelajaran harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Masalah terkait bahan materi yang belum ada, sedangkan sumber pembelajaran sangat terbatas, maka sebelumnya pengajar memperbanyak materi pembelajaran tersebut dengan memfoto copynya terlebih dahulu, jangan membiasakan menyuruh peserta didik mencatat, mengingat disekolah tidak pelajaran mencatat.
Oemar Hamalik mengemukakan bahwa “bahan bahan belajar merupakan suatu unsur belajar yang penting mendapat perhatian oleh guru. Dengan bahan itu,para siswa dapat mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam upaya pencapaian tujuan belajar”[10]. Penentuan bahan belajar meski berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, dalam hal ini hasil-hasil yang diharapkan.
e.       Persiapan Tugas dan Alat Evaluasi
Setelah tujuan dibuat, metode ditentukan, diri dipersiapkan dan bahan pembelajaran dilengkapi, selanjutnya adalah mempersiapkan tugas dan alat evaluasi. Tugas tersebut dapat bersifat kelompok atau individual. Pemberian tugas hendaknya dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan kreativitas berfikir peserta didik sesuai dengan tuntutan materi pambelajaran. Pelaksanaan pembuatan tugas dapat dilakukan disekolah atau dirumah dengan batas waktu yang telah ditentukan oleh pengajar.
Alat evaluasi pula sebagai alat pengukuran keberhasilan pembelajaran peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan, seorang pengajar dapat menentukan bentuk, jumlah dan waktu evaluasinya. Bentuk evaluasi yang digunakan biasanya pilihan, esay, menjodohkan, jumlahnya tergantung luas tidaknya cakupan materi pembelajaran dan kisi-kisi yang telah ditetapkan, sedangkan waktunya ditetapkan berdasarkan ukuran kemampuan peserta didik  untuk mengerjakannya. Oemar Hamalik mengemukakan bahwa “pinilaian adalah suatu program untuk memberikan pendapat dan penentuan arti atau faedah suatu pengalaman. Penialaian dalam hal ini adalah suatu upaya untuk memeriksa sejauh mana siswa telah mengalami kemajuan belajar atau telah mencapai tujuan belajar dan pembelajaran”[11].
2.      Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap pelaksanaan pembelajaran dikenal pula dengan istilah metodologi pembelajaran sebagai prosedur yang digunakan pengajar dalam menyampaikan bahan/materi pembelajaran kepada peserta didik. Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa: Dalam pelaksanaannya pengajar secara berturut-turut melakukan proses yang disebut sebagai : pengkondisian awal, penjelasan tujuan dan materi, penciptaan kondisi belajar, penggunaan metode, dorongan untuk berpendapat, kebebasan berdiskusi, penggunaan buku dan program, pengecekan pemahaman, penggunaan format dan alokasi waktu”[12]. Secara lebih rinci dan jelasnya prosestersebut dapat di uraikan sebagai berikut :
a.       Pengkondisian Awal
Pengkondisian awal berhubungan dengan apersepsi atau membangkitkan perhatian atau merangsang peserta didik untuk belajar. Upaya dengan pengkondisian ini, peserta didik peserta didik diharapkan terarah dan tertib untuk mengikuti proses pembelajaran. Tahap awal pembelajaran, misalnya pada kelas baru, biasanya pengkondisian diawali dengan perkenalan pengajar dengan peserta didik dan mengecek kehadiran peserta didik. Perkenalan bertujuan untuk lebih mendekatkan hubungan antara pengajar debgab peserta didik serta menperjelas kedudukan masing-masing antara fungsi dan peran pengajar serta fungsi dan peran peserta didik.
Absensi pula penting dilakukan untuk mengetahui jumlah murid yang akan belajar dan mengetahui murid lain yang belum hadir, sehingga pengajar memiliki pegangan yang pasti berapa sebenarnya jumlah murid yang harus diajarinya. Oemar Hamalik mengemukakan bahwa “ Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru pada awal jam pelajaran, tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang diberiakn selama pelajaran itu”.[13] Hal tersebut dapat digunakan dengan mengemukakan tujuan yang akan dicapai, menarik perhatian siswa, member acuan, dan membuat kaitan antara materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa dengan bahan yang akan dipelajarinya. Menyiapakan mental siswa agar siap memasuki persoalan yang akan dipelajari atau dibicarakan. Menimbul minat serta pemusatan perhatian siswa, terhadap apa yang akan dibicaran dalam kegiatan belajar mengajar.
b.      Penjelasan Tujuan Materi
Setelah dilakukan pengkondisian awal, selanjutnya dilakukan penjelasan tujuan dan materi pelajaran. Penjelasan tujuan disesuaikan deengan Tujuan Intruksional Umum dan Khusus yang telah ditetapakan, sehingga peserta didik memahami apa yang diharapkan pengajar setelah proses pembelajaran selesai. Penjelasan materi seorang pengajar pula dapat menyampaikannya dalam berbagai bentuk. Metode ceramah merupakan metode yang umum digunakan mengingat metode ini pada saat sekarang mudah untuk dilakukan dan masih dirasakan sangat efektif. Penjelasan materi biasanya  dilakukan melalui penjelasan konsep yang abstrak sampai dengan konkrit, mulai dari hal yang umum ke yang khusus atau sebaliknya sesuai dengan kemampuan pengajar.
Materi pembelajaran ketika disampaikan biasanya peserta didik mendengarkan, menyimak dan mencatat materi yang dianggap perlu. Namun terkadang yang lebih umum pada pengajar menerangkan peserta didik diharuskan menyimak sepenuhnya. Nanang Fatah mengemukakan bahwa: “ Tujuan merupakan dasar umtuk mengukur hasil pembelajaran, dan juga menjadi landasan untuk menentukan isi pelajaran dan metode mengajar”.[14]
Berdasarkan isi dan metode ini selanjutnya ditentukan kondisi-kondisi kegiatan pembelajaran yang terkait dengan tujuan tingkah laku tersebut, yang disebut sebagai kondisi internal. Tujuan merupakan tolak ukur terhadap keberhasilan pembelajaran. Perlu disusun suatu deskripsi tentang cara mengukur tingkah laku. Deskripsi itu disusun dalam bentuk deskripsi pengukuran tingkah laku yang dapat diukur, atau tingkah laku yang tidak dapat diamati secara langsung.
c.       Penciptaan Kondisi Belajar
Penciptaan kondisi belajar dapat dilakukan pengajar pada saat berlansungnya penjelasan materi pembelajaran, misalnya menegur peserta didik yang kuran menyimak, memberikan sangsi peserta didik yang selalu ribut, mengarahkan peserta didik untuk menertibkan diri atau menertibkan hal-hal lain yang sekiranya menganggu terhadap penciptaan iklim pembelajaran yang kondusif. Penciptaan kondisi belajar tersebut, maka jelas tujuan pembelajaran dan kelancaran pembelajaran akan tercapai secara efektif. Wina Sanjaya mengemukakan bahwa : “Suasana belajar penting artinya bagi kegiatan belajar. Suasana yang menyenangkan dapat menumbuhkan kegiatan dan keberhasilan belajar”.[15]
d.      Penggunaan Metode
Oemar Hamalik mengemukakan bahwa : “metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai kurikulum”. Penggunaan metode pembelajaran penting dilakukan oleh pengajar untuk memudahkan penyampaian materi pembelajaran”.[16]  Seorang pengajar dalam menyampaikan satu materi pembelajaran dapat menggunakab satu atau beberapa metode yang sesuai dengan materi pembelajaran dan kemampuannya. Oleh karena itu pemahaman dan pengusaan terhadap metode pembelajaran merupakan keharusan bagi pengajar agar lebih berhasil menyampaikan materinya. Metode pembelajaran yang dapat dipergunakan pengajar, misalnya metode ceramah, diskusi, partisipatif, belajar tuntas, CBSA atau inquiry learning.
e.       Dorongan untuk Berpendapat
Setelah materi pembelajaran disampaikan oleh pengajar, selanjutnya pengajar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpendapat terhadap materi yang telah disampaikan atau setidak-tidaknya mengajukan pertanyaan apabila terdapat materi pelajaran yang kurang dipahami. Pengajar dalam kegiatan ini perlu mendorong atau memotivasi peserta didik minimal dengan memberi pujian bagi peserta didik yang berpendapat atau mengajukan pertanyaan. Keadaan ini penting untuk mengetahui tingkat kreativitas berfikir peserta didik terhadap materi yang baru saja disampaikan, apabial peserta didik kelihatan vacuum keadaan ini menunjukan dua kemungkinan, yaitu peserta didik benar-benar telah paham atau sebaliknya sama sekali tidak mengerti. Pengajar oleh karena itu perlu melakukan ketegasan apakah peserta didik benar-benar paham atau pura-pura paham dikarenakan takut.
f.       Kebebasan Berdiskusi
Pengajar perlu memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mendiskusikan permasalahan yang diajukan setelah materi disampaikan. Namun demikian kebebasan  tersebut jangan diartikan peserta didik bebas untuk ribut atau keluar masuk kelas seenaknya. Kebebasan disini adalah kebebasan bertanggung jawab, artinya pengajar memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk berfikir memecahkan permasalahan sesuai dengan kemampuannya dengan penerapan konsep bahwa pendapat apapun yang diajukan peserat didik adalah benar, mengingat dalam konsep pembelajaran bahwa pendapat diakui sebagai suatu hal yang benar ( tidak ada yang salah).
g.       Penggunaan Buku dan Program
Penggunaan buku dan program dilakukan sebagai sumber atau alat bantu terhadap kelancaran proses pembelajaran. Penggunaan dapat dilakukan hanya satu jenis saja bahkan beberapa buku. Biasanya buku yang digunakan hanya satu buku saja. Keadaan ini dilakukan sesuai dengan kemampuan peareta didik semata-mata, sehingga konsep berfikirnya menjadi lebih fokus.  
h.      Pengecekan Pemahaman
Pengecekan pemahaman dapat dilakukan oleh pengajar melalui proses Tanya jawab. Pengajar dalam hak ini bertanya terhadap materi yang telah disampaikan dengan catatan peaerta didik tidak melihat buku teks. Pengecekan pemahaman ini sebagai tahap awal bagi pengajar untuk mengukur sejauh mana tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan secara sebagian sebelum dilakukan proses evaluasi lebih lanjut.
i.        Penggunaan Format Kesulitan Belajar
Penggunaan format ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesulitan belajar peserta didik pada saat member pelajaran disampaikan. Penggunaan format ini juga bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan pengajar dalam melaksanakan tugas mengajar, sehingga dapat dijadikan umpan balik untuk perbaikan nanti. Namun demikian dalam proses pembelajaran yang umum ditingkat sekolah dasar penggunaan formal kesulitan belajar jarang diprgunakan, mengiangat domunasi pengajar terhadap proses pembelajaran masih kuat.
3.      Tahap Evaluasi Pembelajaran
Proses belajar mengajar memiliki unsure yang saling berhubungan, yaitu tujuan pengajaran (instrusional), pengalaman (proses) belajar mengajar dan hasil belajar. Penilaian hasil dan proses belajar mengajar dilakukan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh pesrta didik dalam bentuk hasil-hasil belajar yang diperlihatkan setelah mereka menempuh pengalaman belajar (proses belajar mengajar). Penilaian dari segi bahasa dapat diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Penilaian merupakan proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan criteria tertentu.
Penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui ketercapain tujuan intruksional, upaya perbaikan dalam proses belajar mengajar, dasar dalam penyusunan laporan kemajuan belajar. Evaluasi bukan hanya sekedar alat untuk menentukan angka atau nilai bagi peserta didik, tetapi juga sebagai barometer untuk mengukur keberhasilan bagi pengajar itu sendiri dalam penyajikan bahan pembelajarannya. Upaya dalam membuat kesimpulan dapat dilakukan oleh pengajar atau dengan cara mengaktifkan peserta didik untuk menyimpulkan materi pembelajaran secara  keseluruhan. Menerima onput dari luar untuk kualitas PBM dapat dilakukan melalui keterbukaan langsung pengajar untuk menerima saran dan kritik dari luar (kepala sekolah atua pengajar) lain yang berfungsi sebagai observer dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Input tersebut berfungsi sebagai masukan atau saran yang sangat kontriktif bagi peningkatan kualitas PBM pada masa yang akan datang.
Selain dari itu pemenfaatan fasilitas lingkungan berhubungan dengan tingkat kreativitas pengajar untuk membawa peserta didik belajar tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga diluar kelas dengan lingkungan belajar yang ada disekitarnya. Sukardi menguraikan pandangannya tentang fungsi evaluasi pembelajaran yaitu :
1.      Sebagai alat guna mengetahui apakah pesrta didik telah menguasai pengetahuan, nialai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru.
2.      Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.
3.      Mengetahui tingkat ketercapain siswa dalam kegiatan beelajar.
4.      Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa.
5.      Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.
6.      Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orabg tua siswa”.[17]
Beberapa bagian terpenting dari manajemen pembelajaran tersebut antara lain:
1)Penciptaan lingkungan belajar; 2) mengajar dan melatih harapan kepada siswa; 3) meningkatkan aktifitas siswa; 4) meningkatkan disiplin siswa. Selain itu dalam dalam penyusunan materi diperlukan pula rancangan tugas ajar dalam wilayah kognitif, serta rancangan tugas ajar dalam wilayah efektif”.[18]
Prinsip-prinsip manajemen merupakan petunjuk-petunjuk untuk tindakan manajerial atau kebenaran-kebenaran umum yang membantu pihak manajer memutuskan apa yang harus dilakukannya dalam situasi tertentu. Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusu dan situasi-situasi yang berubah.

C.    Aspek-aspek Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran
Sesuai perkembangan kebutuhan manusia, pemahaman temtang manajemen juga mengalami perkembangan secara luas. Manajemen di artikan mengelola orang-orang, mengambil keputusan dan mengornisasi sumber-sumber untuk menyelesaikan tujuan yang telah ditentukan. Pengertian yang lain ialah menekankan pengaturan orang-orang yang tugasnya mengarahkan usaha kea rah tujuan-tujuan melalui aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain. sesutau aktivitas mengerakkan orang lain, suatu kegiatan pemimpin atas dasar sesuatu yang telah diputuskan terlebih dahulu”.[19]
Aspek-aspek pelaksanaan manajemen dalam pembelajaran hendaknya pengajar memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan media tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip itu adalah :
1.      Menentukan jenis media dengan tepat; artinya, sebaiknya pengajar memilih terlebih dulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan diajarkan.
2.      Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, artinya perlu diperhitungkan apakah penggunaaan media itu sesuai dengan tingkat kematangan/kemampuan anak didik.
3.      Menyajikan media dengan tepat; artinya, teknik dan metode penggunaan media dalam pengajaran harus disesuaikan dengan tujuan, bahan metode, waktu, dan sarana yang ada.
4.      menempatkan atau memperlihatkan nedia pada waktu, tempat dan sutuasi yang tepat. Artinya, kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar media digunakan. Tentu tidak setiap saat selama proses belajar mengajar terus-terusan menjelaskan sesuai dengan media pengajaran”.[20]

Keempat prinsip ini hendaknya diperhatikan oleh pengajar pada waktu ia menggunakn media pengajaran. Penyelenggara proses belajar mengajar memerlukan kehadiran media dan keberadaannya mempunyai arti yang cukup peenting. ketidakjelasan bahan yang jelas dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kuran mampu pengajar ucapakan, baik melalui kata-kata atau kalimat tertentu, bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan denag kehadiran media. Anak didik lebih mudah mencerna bahan yang dipelajarinya, dari pada bantuan media. Peranan media tidak akan terlihat, jika penggunaannya tidak sejalan dengan isi dan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Pengalaman itu sendiri dapat berupa pengalaman langsung maupaun pengalaman tidak langsung.
Proses pembelajaran dalam penyelenggaraannya tidak sesuai pengalaman bias kita hadirkan pada peserta didik dalam kelas, untuk maksud itulah kehadiran media akan sangat membantu kita agar dapat membantu peserta didik agar memberikan berbagai pengalaman, sekalipun dalam bentuk pengalaman tidak langsung. Pentingnya manajemen dalam sebuah pembelajaran. Kita harus mengetahui dulu konsep abstrak dan konkrit dalam pembelajaran, karena proses balajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi,penyampaian dari pengantar ke penerima.
Manajemen pembelajaran merupakan system bagi pengajar untuk mengajar. Dengan menggunakan media, seorang pengajar akan lebih mudah menyampaikan materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Nilai atau manfaat media pendidikan Nana Sudjana (2001 : 35) adalah sebagai berikut :
a.       Meletakkan dasar-dasar kongkrit untuk berfikir dan oleh karena itu mengurangi “verbalisme”.
b.      Memperbesar perhatian kepada peserta didik.
c.       Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar dan oleh karena itu membuat pelajaran yang lebih mantap.
d.      memberika pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan peserta didik.
e.       Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu. Hal ini terutama terdapat dalam gambar hidup.
f.       Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
g.      Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efesiensi yang mendalam”.[21]

Selanjutnya pelaksanaan manajemen pengajaran diantaranya adalah pengajar mempunyai lebih banyak waktu untuk membantu peserta didik yang lemah. Sementara peserta didik sibuk belajar sendiri, pengajar dapat memberikan bantuan kepada peserta didik yang membutuhkannya; peserta didik akan belajar secara aktif dan peserta didik dapat belajar dengan gaya dan kecepatan masing-masing. Kegunaan dan manfaat media dalam proses pembelajaran sangat menguntungkan bagi pengajar dan peserta didik. Adanya kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh setiap media pembelajaran diharapkan dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, perbedaan gaya hidup belajar dan karakteristik penerima pesan (pesrta didik).

D.    Beberapa Strategi Pembelajaran
Secara harfiah, kata strategi dapat diartikan sebagai seni (art) melaksakan stratagem nyakni siasat/rencana, menurut Roberl, istilah strategi sering digunakan dalam konteks pengajaran sehingga strategi pengajaran diartikan taktik yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar dapat mempengaruhi siswa untuk mencapai tujuan pengajaran secara lebih efektif dan efesien”.[22]
Istilah strategi menurut istilah berasal dari bahasa Yunani stratogos yang berarti keseluruhan usaha termasuk perencanaan, cara dan taktik yang digunakan untuk mencapai hasil yang maksimal. Jadi secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Strategi bias diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencaoai tujuan yang telah digariskan”.[23]
Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R. David)”.[24] Strategi pembelajarn dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desaian untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran. Menurut Kemp, Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien. Dilain pihak Dick dan Carey menyatakan bahwa stategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa”.[25] Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh seorang instruktur, guru, widyaswara dalam proses pembelajaran. Ada empat strategi dasar dalam pembelajaran yang meliputi hal-hal berikut:
a.       mengindefikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
b.      Memilah system pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup.
c.       Memilaih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik pembelajran yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan pembelajarannya.
d.      Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau criteria serta standart keberhasilan sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan system instuksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Jadi kesimpulannya, seorang guru sebelum mengajar harus menyiapkan strategi terlebih dahulu agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar, dengan melihat situasi dan kondisi yang ada agar dalam proses pembelajaran tersebut tidak terdapat hambatan serta gangguan.
Konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal: (1) menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan prilaku pebelajar, (2) menentukan pilahan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar; dan (3) norma dan criteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar”.[26] Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi untuk menggunakan strategi siswa agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau supaya atau supaya murid-murid terdorong dan mampu berfikir bebas dan cukup keberanaian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok di pakai untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran yang berbeda hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama. Keempat menetapkan norma-norma atau criteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauhh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya.
Suatu program baru bias dikrtahui keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bias dipisahkan dengan strategi dasar lain. Apa yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang siswa dapat dikategorikan sebagai murid yang berhasil bias dilihat dari berbagai segi. Bisa dilihat darisegi kerajinannya mengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari disekolah, hasil ulangan, hubungan social, kepemimpinan, prestasi olah raga, keterampilan dan sebagainya atau dilihat dari berbagai aspek. Keempat dasar strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh antara dasar yang satu dengan dasar yang lain saling menopang dan tidak bias dipisahkan.


                       [1] Oemar Hamalik, 2007, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung, Remaja Rosdakarya, hal 237-238
[2] Sagala Syaiful, 2009, Konsep dan Makna Pembelajaraan Untuk membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, ALFABETA, Bandung, 2009, hal 61
[3] Abdul Majid, 2005, Perencanaan Pembelajran Mengembangkan Standar Kompetensi guru, Bandung: remaja Rosdakarya, hal
[4] Ibid…hal. 107
[5] Ibid…hal. 107
[6] Syaful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran….Op Cit 76
[7] Siswanto, Pengantar Manajemen, Jakarta, Buni Aksara, 2006, hal. 13
[8] Oemar Hamalik, Perencanaan Dalam Manajemen Pembelajaran, Bandung, Remaja Rosdakarya 2008, hal. 1
[9] Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (1990 : 2)
[10] Oemar Hamalik, Perencanaan dalam……hal 51
[11] Ibid…”hal. 157
[12] Suharsini Arikunto, 1990, hal. 6
[13] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rodaskarya, 2007, hal. 15
[14] Fatah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, hal. 19
[15] Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : KENCANA. 2006, hal. 19
[16] Hamalik Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, hal. 17
[17] Sukardi, Strategi dalam Pengajaran, Jakrta: PT. Bumi Aksara. 2009, hal. 1
[18] Ibid…. hal. 54-55
[19] Pidarta, Made, Prof. Dr. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta. 2004, hal. 74
[20] Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, hal 103
[21] Nana Sudjana, Manajemen dalam Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 31
[22] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, hal. 213
[23] Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999, hal. 33
[24] Dikutip dari Buku Dr, Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2007,hal. 93
[25] Ibid…hal. 93
[26] Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rodaskarya, 2005, hal. 247

Tidak ada komentar:

Posting Komentar